LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I
PERCOBAAN
I
KELARUTAN
INTRINSIK
K OBAT
OLEH :
NAMA : SARMITA
NIM :
O1A114164
KELAS :
D
KELOMPOK : I
ASISTEN :
SARLAN, S.Si.
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
KELARUTAN
INTRINSIK OBAT
A.
TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan
menentukan parameter kelarutan zat.
B.
LANDASAN
TEORI
Kesetimbangan
kelarutan mirip dengan kesetimbangan antar zat cair (atau zat padat) yang mudah
menguap dalam bejana tertutup. Dalam kedua hal, partikel-partikel dari fasa
pekat cenderung untuk keluar dan menyebar ke volume yang lebih luas, tetapi
terbatas. Dalam kesetimbangan penguapan kondensasi, kita asumsikan bahwa uap
diatas fasa pekat awalnya adalah gas ideal. Asumsi awal yang sama untuk reaksi
pelarutan-pengendapan adalah bahwa larutan di atas zat padat yang tidak larut
adalah larutan ideal. Larutan dimana cukup zat terlarut telah dilarutkan untuk
mencapai kesetimbangan pelarutan – pengendapan antara zat padat dan bentuk
terlarutnya disebut larutan jenuh. Penambahan pelarut menurunkan konsentrasi spesies
terlarut, penambahan zat padat cenderung untuk mengembalikan konsentrasi
spesies terlarut ke kesetimbangannya. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu
banyak maka semua zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan
menurun, dan larutan menjadi tidak jenuh (Oxtoby dkk, 2001 ).
Hukum Henry menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan
tergantung dari tekanan parsial gas dari koefisien kelarutannya. Gas yang
berbeda memiliki koefisien kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi koefisien
kelarutan, semakin mudah larut gas tersebut. Suatu larutan (solutio) terdiri
dari zat terlarut (solut) dan pelarut (solven). Zat pelarut adalah substansi yang
dilarutkan, jika air merupakan zat pelarut, maka larutan ini disebut juga
larutan aqueous. Larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan lebih
banyak zat padat lagi pada temperatur tertentu. Larutan tak jenuh adalah
larutan yang masih dapat melarutkan zat padat. Air merupakan zat pelarut yang
baik karena strukturnya- kecil dan berbentuk v. Air sebagai molekul polar akan
melarutkan senyawa polar dan ionik (Joyce dkk, 2008).
Pelarutan padatan ionik dalam larutan berair, salah satu
kondisi berikut dapat terjadi pertama larutan tak jenuh, kedua larutan jenuh,
dan terakhir larutan lewat jenuh.( Chang, 2005 ). Menurut hukum distribusi
Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut
yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian
kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam
dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi ( Suyanti dan Aryadi, 2011 ).
C. ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
Alat
- alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
a.
Corong
b.
Filler
c.
Gelas kimia
100ml
d.
Gelas kimia 50ml
e.
Kertas saring
f.
Kuvet
g.
Labu takar 50 ml
h.
Pipet ukur 25ml
i.
Spektrofotometer
j.
Tabung reaksi
k.
Timbangan
analitik
2.
Bahan
Bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu:
a.
Alkohol 95 %
b.
Aquadest
c.
Theophyllinum
D.
PROSEDUR KERJA
Alkohol 10ml + Aquadest 10ml
|
Alkohol 20ml
|
Alkohol 15ml + Aquadest 5ml
|
Aquadest 25ml
|
- Dimasukkan
ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan theophyllinum
- Diaduk hingga theophyllinum tidak
larut
- Disaring larutan tersebut dengan
Menggunakan kertas saring
-
Dihitung
absorbansinya
Hasil
pengamatan ......?
E.
HASIL PENGAMATAN
STANDAR DATA
No.
|
Std. Name
|
WL1[320.0nm]
|
ABS
|
Conc(ppm)
|
1
|
|
-0,111
|
-0,111
|
20
|
2
|
|
-0,067
|
-0,067
|
30
|
3
|
|
-0,062
|
-0,062
|
40
|
4
|
|
-0,057
|
-0,057
|
50
|
5
|
|
-0,059
|
-0,059
|
60
|
SAMPEL DATA
No.
|
Sample Name
|
WL1[320.0nm]
|
ABS
|
Conc(ppm)
|
1
|
Aquadest
|
0,006
|
0,006
|
-2.9972 Low
|
2
|
Alkohol
|
0,091
|
0,091
|
-43.6265 Low
|
3
|
Aquadest 10 ml + Alkohol 5 ml
|
0,19
|
0,19
|
-90.7736 Low
|
4
|
Aquadest 15 ml + Alkohol 5 ml
|
0,863
|
0,863
|
-410.8124 Low
|
F.
PEMBAHASAN
Kelarutan
adalah kadar jenuh solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang
menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah
terjadi dan membentuk dispersi molekul yang homogeny. Suatu larutan dikatakan
jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solut dan fase solven dalam larutan
yang bersangkutan.
Larutan juga dikatakan sebagai sistem dispersi molekular.
jadi suatu zat dapat dikatakan melarut jika dia terlepas dari padatannya dan
terdispersi dalam cairan. Bentuk kelarutan yang paling sering digunakan adalah
sangat larut, larut bebas, larut, larut sedikit, sulit larut, sangat sulit
larut, dan tidak larut. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika
dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur,
tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal
terbaginya zat terlarut. Dikatakan sebagai pelarut ketika kondisi fisiknya
(padat/cair/gas) sama dengan hasil larutannya itu. Misal gula dan air, hasilnya
larutan gula yang cair jadi pelarutnya air.
Percobaan kelarutan intrinsik obat yang telah
dilakukan, kita menggunakan Teofilin
dimana teoifilin itu berbentuk serbuk kristal tidak berwarna, teofilin dapat
larut dalam 1: 120 air, dalam 1:80 alkohol. Teofilin berbentuk serbuk kristal
sehingga jika dicampurkan dengan alkohol dan air diperlukan adanya pengocockan
selama beberapa menit. Untuk teofilin yang berupa serbuk, maka cara
memasukannya yaitu di tuang sedikit demi sedikit di dalam gelas kimi agar teofilin
tersebut dapat jenuh dalam cairan campuran, maka dilakukan pengkocokan kurang
lebih 5 menit sampai didapat larutan yang benar-benar jenuh. Setelah itu saring
menggunakan kertas saring dan gelas kimia sebagai wadah penyimpanan teofilin
yang telah terlarut. Adapun faktor-faktor
utama yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah : (1) Kemurnian solut atau solven. Temperatur, secara umum
peningkatan temperatur larutan meningkatkan kelarutan zat padat. Untuk semua
gas kelarutan menurun dengan peningkatan temperatur. (2) Tekanan, untuk solut padat dan cair
perubahan dalam tekanan secara praktis tidak mempengaruhi kelarutan. (3) Laju kelarutan adalah suatu ukuran
dari seberapa cepat suatu zat terlarut. (4) Temperatur, untuk solut padat dan cair, kenaikkan
temperatur tidak hanya meningkatkan jumlah solut yang terlarut tapi juga
meningkatkan laju saat solut melarut.
Pada
analisis ini dilakukan analisis kelarutan intinsik pada senyawa obat
teofilin dengan menggunakan bahan pelarut berupa aquadest dan alkohol.
Dalam percobaan ini digunakan 4 sampel dalam gelas kimia untuk menganalisis
kelarutan intrinsik teofilin. Pada empat gelas kimia tersebut dimasukkan campuran pelarut aquadest
dan alkohol dengan volume yang berbeda-beda tiap gelasnya. Untuk gelas
kimia 1 yaitu 25 ml akuades, gelas kimia 2 yaitu 15 ml aquadest + 5 ml alkohol,
gelas kimia 3 yaitu 10 ml akuades + 10 ml alkohol dan gelas kimia 4 yaitu 20 ml
alkohol. Perbedaan pemberian volume ini bertujuan untuk melihat pengaruh
kepolaran terhadap teofilin. Alkohol dan air merupakan senyawa yang bersifat
polar. Tujuan pencampuran senyawa
tersebut yaitu untuk meningkatkan tingkat kelarutan zat. Dari perlakuan ini
dapat diketahui bahwa larutan yang bersifat polar atau mudah larut adalah larutan pada
keempat gelas kimia tetapi gelas kimia
ke- 4 lebih cepat menghasilkan larutan jenuhnya karena senyawa yang digunakan
yaitu alkohol yang banyak yakni 20 ml,
tidak ditambahkan air. sedangkan gelas kimia 1,2, dan 3 memerlukan waktu
relatif sedikit lama untuk mencapai larutan jenuh.
Percobaan
yang dilakukan pada empat sampel dalam gelas kimia tersebut didapatkan hasil
pada gelas pertama yaitu aquadest mempunyai absorbansi 0,006. Gelas kedua pada
sampel alkohol mempunyai absorbansi 0,091 kemudian pada gelas kimia ketiga
yaitu pada sampel 10 ml akuades + 10 ml alkohol didapatkan hasil 0,19 dan gelas
kimia ke-empat yaitu 15 ml akuades + 5 ml alkohol mempunyai absorbansi 0,863.
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Efektivitas terapi obat yang digunakan secara topikal
tergantung dari kemampuannya berpenetrasinya dan terakumulasi dalam tubuh.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu
oleh momen dipolnya. Daya kelarutan suatu zat berkhasiat
memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50%
senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara
klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya
kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut di dalam
tubuh. Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai
tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi
obat tersebut sangat berkaitan
Obat-obat yang kelarutannya sangat kecil sering banyak
menimbulkan masalah pada proses absorpsinya setelah obat diberikan, karena obat
dapat diabsorpsi oleh tubuh bila sudah dalam bentuk terdistribusi secara
molekular di tempat proses absorpsi berlangsung. Upaya mengatasinya antara lain
dapat dilakukan melalui peningkatan kecepatan disolusinya. Proses pelarutan
disebut solvasi atau hidrasi jika pelarutnya air. Larutan dalam keadaan
tertentu menahan lebih banyak solut lebih dari keadaan normal solven.
Berbagai sifat
dari larutan yang telah diuraikan di atas, seperti kepolaran, konstanta
dielektrik merupakan beberapa pendukung sistem kelarutan obat. Dalam bidang
farmasi kelarutan intrinsik obat memiliki peran yang sangat penting, karena
dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium
pelarut yang paling baik untuk obat, mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan
larutan farmasetis dan dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Salah satu contoh yaitu pada percobaan yang telah dilakukan dapat
ditentukan pelarut mana yang paling baik untuk melarutkan senyawa teofilin yang merupakan salah satu zat aktif pada
sediaan farmasi.
Spektrofotometer
adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi
panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri
dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur
pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Prinsip
spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energy radiasi elektromagnetik
dengan zat kimia. Dengan mengetahui interasi yang terjadi, dikembangkan
teknik-teknik anaisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi
tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa,
seperti : pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan (absorpsi),
flouresensi, fosforisensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa
absorpsi merupakan dasar dari cara spektroskopi karena proses absorpsi tersebut
bersifat unik/spesifik untuk setiap zat kimia atau segolongan zat
kimia(aplikasi kualitatif). Disamping itu adalah kenyataan bahwa bayaknya
absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (aplikasi kuantitatif).
G.
KESIMPULAN
Kesimpulan
pada praktikum ini yaitu pelarut yang memiliki konsentrasi terbesar dalam
melarutkan teofilin adalah aquadest dengan nilai absorbansi terkecil yaitu
0,006
DAFTAR
PUSTAKA
Chang,
Raymond., 2005, Kimia dasar,
Erlangga, Jakarta.
Joyce,
J., Colin, B., Helen, S., 2008, Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan,
Erlangga, Jakarta
Oxtoby,
Gillis, Nachtrieb, Suminar., 2001, Prinsip-Prinsip
Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.
Suyanti
dan Aryadi., 2011, Ekstraksi Torium Dari Konsentrat TH,LTJ ( Hidroksida ) Menggunakan
Solven BIS-2- Etil Heksil Fosfat, Jurnal
Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan, Vol 10 (1), Hal 40-47.