Selasa, 26 April 2016

LAPORAN FARMASI FISIKA KELARUTAN INTRINSIK OBAT



LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I

PERCOBAAN I
KELARUTAN INTRINSIK
K OBAT


                                                         OLEH :
NAMA                                :  SARMITA
NIM                                    :  O1A114164
KELAS                               :  D
KELOMPOK                      :  I
ASISTEN                            :  SARLAN, S.Si.


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KELARUTAN INTRINSIK OBAT
A.      TUJUAN
            Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
B.       LANDASAN TEORI
            Kesetimbangan kelarutan mirip dengan kesetimbangan antar zat cair (atau zat padat) yang mudah menguap dalam bejana tertutup. Dalam kedua hal, partikel-partikel dari fasa pekat cenderung untuk keluar dan menyebar ke volume yang lebih luas, tetapi terbatas. Dalam kesetimbangan penguapan kondensasi, kita asumsikan bahwa uap diatas fasa pekat awalnya adalah gas ideal. Asumsi awal yang sama untuk reaksi pelarutan-pengendapan adalah bahwa larutan di atas zat padat yang tidak larut adalah larutan ideal. Larutan dimana cukup zat terlarut telah dilarutkan untuk mencapai kesetimbangan pelarutan – pengendapan antara zat padat dan bentuk terlarutnya disebut larutan jenuh. Penambahan pelarut menurunkan konsentrasi spesies terlarut, penambahan zat padat cenderung untuk mengembalikan konsentrasi spesies terlarut ke kesetimbangannya. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu banyak maka semua zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan menurun, dan larutan menjadi tidak jenuh (Oxtoby dkk, 2001 ).
            Hukum Henry menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan tergantung dari tekanan parsial gas dari koefisien kelarutannya. Gas yang berbeda memiliki koefisien kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi koefisien kelarutan, semakin mudah larut gas tersebut. Suatu larutan (solutio) terdiri dari zat terlarut (solut) dan pelarut (solven). Zat pelarut adalah substansi yang dilarutkan, jika air merupakan zat pelarut, maka larutan ini disebut juga larutan aqueous. Larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan lebih banyak zat padat lagi pada temperatur tertentu. Larutan tak jenuh adalah larutan yang masih dapat melarutkan zat padat. Air merupakan zat pelarut yang baik karena strukturnya- kecil dan berbentuk v. Air sebagai molekul polar akan melarutkan senyawa polar dan ionik (Joyce dkk, 2008).
            Pelarutan padatan ionik dalam larutan berair, salah satu kondisi berikut dapat terjadi pertama larutan tak jenuh, kedua larutan jenuh, dan terakhir larutan lewat jenuh.( Chang, 2005 ). Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi ( Suyanti dan Aryadi, 2011 ).




C.       ALAT DAN BAHAN
1.             Alat
Alat - alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
a.       Corong
b.      Filler
c.       Gelas kimia 100ml
d.      Gelas kimia 50ml
e.      Kertas saring
f.       Kuvet
g.      Labu takar 50 ml
h.      Pipet ukur 25ml
i.        Spektrofotometer
j.        Tabung reaksi
k.      Timbangan analitik
2.        Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
a.       Alkohol 95 %
b.      Aquadest
c.       Theophyllinum




D.           PROSEDUR KERJA
Alkohol 10ml + Aquadest 10ml
Alkohol 20ml
Alkohol 15ml + Aquadest 5ml
Aquadest 25ml
                               
 



                                             -         Dimasukkan ke dalam gelas kimia
                                             -         Ditambahkan theophyllinum
                                             -         Diaduk hingga theophyllinum tidak larut
                                                    -  Disaring larutan tersebut dengan
                                                       Menggunakan kertas saring
-          Dihitung absorbansinya

                                Hasil pengamatan ......?




 
 E.            HASIL PENGAMATAN
 STANDAR DATA
No.
Std. Name
WL1[320.0nm]
ABS
Conc(ppm)
1

-0,111
-0,111
20
2

-0,067
-0,067
30
3

-0,062
-0,062
40
4

-0,057
-0,057
50
5

-0,059
-0,059
60

 SAMPEL DATA
No.
Sample Name
WL1[320.0nm]
ABS
Conc(ppm)
1
Aquadest
0,006
0,006
-2.9972 Low
2
Alkohol
0,091
0,091
-43.6265 Low
3
Aquadest 10 ml + Alkohol 5 ml
0,19
0,19
-90.7736 Low
4
Aquadest 15 ml + Alkohol 5 ml
0,863
0,863
-410.8124 Low

















F.        PEMBAHASAN
Kelarutan adalah kadar jenuh solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekul yang homogeny. Suatu larutan dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solut dan fase solven dalam larutan yang bersangkutan.
Larutan juga dikatakan sebagai sistem dispersi molekular. jadi suatu zat dapat dikatakan melarut jika dia terlepas dari padatannya dan terdispersi dalam cairan. Bentuk kelarutan yang paling sering digunakan adalah sangat larut, larut bebas, larut, larut sedikit, sulit larut, sangat sulit larut, dan tidak larut. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dikatakan sebagai pelarut ketika kondisi fisiknya (padat/cair/gas) sama dengan hasil larutannya itu. Misal gula dan air, hasilnya larutan gula yang cair jadi pelarutnya air.
Percobaan kelarutan intrinsik obat yang telah dilakukan, kita menggunakan  Teofilin dimana teoifilin itu berbentuk serbuk kristal tidak berwarna, teofilin dapat larut dalam 1: 120 air, dalam 1:80 alkohol. Teofilin berbentuk serbuk kristal sehingga jika dicampurkan dengan alkohol dan air diperlukan adanya pengocockan selama beberapa menit. Untuk teofilin yang berupa serbuk, maka cara memasukannya yaitu di tuang sedikit demi sedikit di dalam gelas kimi agar teofilin tersebut dapat jenuh dalam cairan campuran, maka dilakukan pengkocokan kurang lebih 5 menit sampai didapat larutan yang benar-benar jenuh. Setelah itu saring menggunakan kertas saring dan gelas kimia sebagai wadah penyimpanan teofilin yang telah terlarut. Adapun faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah : (1) Kemurnian solut atau solven. Temperatur, secara umum peningkatan temperatur larutan meningkatkan kelarutan zat padat. Untuk semua gas kelarutan menurun dengan peningkatan temperatur. (2) Tekanan, untuk solut padat dan cair perubahan dalam tekanan secara praktis tidak mempengaruhi kelarutan. (3) Laju kelarutan adalah suatu ukuran dari seberapa cepat suatu zat terlarut. (4) Temperatur, untuk solut padat dan cair, kenaikkan temperatur tidak hanya meningkatkan jumlah solut yang terlarut tapi juga meningkatkan laju saat solut melarut.
Pada analisis ini dilakukan analisis kelarutan intinsik pada senyawa obat teofilin  dengan menggunakan bahan pelarut berupa aquadest dan alkohol. Dalam percobaan ini digunakan 4 sampel dalam gelas kimia untuk menganalisis kelarutan intrinsik teofilin.  Pada empat gelas kimia  tersebut dimasukkan campuran pelarut aquadest dan  alkohol dengan volume yang berbeda-beda tiap gelasnya. Untuk gelas kimia 1 yaitu 25 ml akuades, gelas kimia 2 yaitu 15 ml aquadest + 5 ml alkohol, gelas kimia 3 yaitu 10 ml akuades + 10 ml alkohol dan gelas kimia 4 yaitu 20 ml alkohol. Perbedaan pemberian volume ini bertujuan  untuk melihat pengaruh kepolaran terhadap teofilin. Alkohol dan air merupakan senyawa yang bersifat polar.  Tujuan pencampuran senyawa tersebut yaitu untuk meningkatkan tingkat kelarutan zat. Dari perlakuan ini dapat diketahui bahwa larutan yang bersifat  polar atau mudah larut adalah larutan pada keempat  gelas kimia tetapi gelas kimia ke- 4 lebih cepat menghasilkan larutan jenuhnya karena senyawa yang digunakan yaitu alkohol yang banyak yakni 20 ml,  tidak ditambahkan air. sedangkan gelas kimia 1,2, dan 3 memerlukan waktu relatif sedikit lama untuk mencapai larutan jenuh.
Percobaan yang dilakukan pada empat sampel dalam gelas kimia tersebut didapatkan hasil pada gelas pertama yaitu aquadest mempunyai absorbansi 0,006. Gelas kedua pada sampel alkohol mempunyai absorbansi 0,091 kemudian pada gelas kimia ketiga yaitu pada sampel 10 ml akuades + 10 ml alkohol didapatkan hasil 0,19 dan gelas kimia ke-empat yaitu 15 ml akuades + 5 ml alkohol mempunyai absorbansi 0,863.
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Efektivitas terapi obat yang digunakan secara topikal tergantung dari kemampuannya berpenetrasinya dan terakumulasi dalam tubuh. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh momen dipolnya. Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut di dalam tubuh. Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan
Obat-obat yang kelarutannya sangat kecil sering banyak menimbulkan masalah pada proses absorpsinya setelah obat diberikan, karena obat dapat diabsorpsi oleh tubuh bila sudah dalam bentuk terdistribusi secara molekular di tempat proses absorpsi berlangsung. Upaya mengatasinya antara lain dapat dilakukan melalui peningkatan kecepatan disolusinya. Proses pelarutan disebut solvasi atau hidrasi jika pelarutnya air. Larutan dalam keadaan tertentu menahan lebih banyak solut lebih dari keadaan normal solven.
Berbagai sifat dari larutan yang telah diuraikan di atas, seperti kepolaran, konstanta dielektrik merupakan beberapa pendukung sistem kelarutan obat. Dalam bidang farmasi kelarutan intrinsik obat memiliki peran yang sangat penting, karena dapat mengetahui dan dapat  membantu  dalam  memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat, mengatasi kesulitan-kesulitan  tertentu  yang  timbul  pada  waktu  pembuatan  larutan farmasetis dan dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Salah satu contoh yaitu pada percobaan yang telah dilakukan  dapat ditentukan pelarut mana yang paling baik untuk melarutkan senyawa  teofilin  yang merupakan salah satu zat aktif pada sediaan farmasi.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energy radiasi elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interasi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik anaisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa, seperti : pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan (absorpsi), flouresensi, fosforisensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa absorpsi merupakan dasar dari cara spektroskopi karena proses absorpsi tersebut bersifat unik/spesifik untuk setiap zat kimia atau segolongan zat kimia(aplikasi kualitatif). Disamping itu adalah kenyataan bahwa bayaknya absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (aplikasi kuantitatif).












G.           KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum ini yaitu pelarut yang memiliki konsentrasi terbesar dalam melarutkan teofilin adalah aquadest dengan nilai absorbansi terkecil yaitu 0,006  



















DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond., 2005, Kimia dasar, Erlangga, Jakarta.
Joyce, J., Colin, B., Helen, S., 2008, Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan, Erlangga, Jakarta
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, Suminar., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.
Suyanti dan Aryadi., 2011, Ekstraksi Torium Dari Konsentrat TH,LTJ ( Hidroksida ) Menggunakan Solven BIS-2- Etil Heksil Fosfat, Jurnal Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan, Vol 10 (1), Hal 40-47.