Sabtu, 04 Juni 2016

FEATURE: Penguatan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK”
 
 

            Pendidikan sejak dini begitu penting bagi anak dalam menuntut ilmu. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Namanya Ari seorang siswa yang sejak TK sampai kelas 6 SD, hampir selalu dia yang jadi juara kelas. Hampir selalu dia yang jadi ketua kelas. Artinya Ari ini memiliki kecerdasan yang hampir seimbang, antara otak kiri dan otak kanan. Dalam bidang logika ia mahir, dalam bidang sosial dan kepemimpinan ia juga bisa diandalkan.
            Tak hanya itu, ternyata daya kreavitisnya sangat tinggi. Daya hafalnya juga bagus. Apa yang membuatnya sedemikian hebat? Dia bisa sedimikian hebat karena dia suka baca. Mungkin teman-teman ada yang protes, “ itu mah bukan rahasia.” Tapi sayangnya, masih begitu banyak orangtua yang lebih suka memberikan sajian televisi dirumahnya ketimbang deretan buku bacaan bagi anak-anaknya. Karena televisi saat ini masih belum bisa dipercaya sebagau penfilter informasi yang tepat bagi penontonnya. Dalam hal ini peran keluarga sangat dibutuhkan dalam mendidik anak dengan mengontrol aktivitas dari anaknya dan tidak berpikiran acuh bahwa dia akan tumbuh dengan mengikuti jalur dan pasrah dengan takdir. Dan bukannya kita melawan dari takdir tapi berusaha menjadi pribadi yang lebih baik sesuai dengan norma-norma atau aturan didalam masyarakat.
            Keluarga merupakan salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu atap yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak akan berinteraksi sebagai lembaga pendidikan, dan disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Karena lingkungan keluargalah sebagai lingkungan paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak didalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga dan dapat juga dikatakan bahwa keluarga merupakan perisai atau antibodi yang dapat melindungi tubuh dari serangan benda asing yang masuk kedalam tubuh, yang dapat menyebabkan penyakit. Dimana penyakit yang dimaksud disini yang dapat timbul pada anak yang menjadikan akhlak anak menjadi buruk dan kebodohan diri akibat kurangnya perhatian dari keluarga. Sehingga pengetahuan tentang agama sejak dini sangat dibutuhkan untuk mendidik anak karena dengan berakhlak mulia anak akan tahu apa yang baik dan buruk.
            Ari sejak dini memang sudah memilki hobi baca. Saya berpikir hebatnya pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua padanya. Saat anak lain dibelikan mainan dan boneka, ia dibelikan buku bergambar yang disertai dengan belajar nulis.
            Saking semangatnya baca buku, saat baru kelas 3 SD, dia kesekoloh sudah membawa sebuah buku yang jika seusianya masih belum layak dikatakan untuk mau membacanya untuk anak SD. Buku apa itu? “Mujarobat Kubro”. Ia juga pernah baca buku  “9 Rahasia Doa Lulus Ujian” pasti tahu kan buku semacam apakah “Mujarobat Kubro” ini. Dan ilmu yang didapatkan itu bukankah akan kekal dan apalagi kita mengamalkannya sungguh luar biasa pahalanya. Jadi peran keluarga sangatlah penting dengan menanamkan diri pada anak prinsip “Akrabi Buku”.
            Subhanallah, sungguh indah jika kita berilmu dan berakhlak mulia. Saya teringat dengan kisah Imam Syafi’i, waktu itu ia hendak bertamu dirumah sahabatnya yaitu Imam Ahmad. Putri imam Ahmad ini kagum pada sosok Imam Syafi’i, jadi putri Imam Ahmad ini sejak ba’da Isya mengamati kamar Imam Syafi’i. Dimana putri Imam Ahmad ini tidak melihat Imam Syafi’i keluar kamar untuk shalat tahajjud. Tidak pula mengambil wudhu. Imam syafi’i baru terlihat keluar dari kamar tamu ketika adzan subuh berkumandang.
            Selain itu, ada hal-hal ganjil lain yang dilihatnya dari tamu ayahnya itu. “Wahai ayah, apakah beliau adalah Imam Syafi’i yang kau ceritakan itu?’ tanyakan kepada Imam Ahmad. “Iya”, jawab sang ayah, singkat. Imam Ahmad pun kemudian menyampaikan hal tersebut kepada Imam Syafi’i tentang tidak melaksanakannya shalat tahajjud. “Semalam aku memang tidak menunaikan shalat tahajud. Sebabnya, ketika aku hendak tidur, aku melihat seakan-akan Al Qur’an dan hadits terpampang di depan mataku. Aku pun menghabiskan malam dengan melakukan istinbath hukum. Alhamdulillah, tujuh puluh dua masalah fiqih dapat kuselesaikan dalam semalam. Insya Allah semuanya bermanfaat bagi kaum muslimin,” kata Imam Syafi’i. Karena pada waktu itu jika Imam Syafi’i mengerjakan shalat tahajud maka sekiranya yang mendapat manfaat hanya untuk dirinya sendiri tapi jika ia melakukan istinbath maka insyAllah dapat juga bermanfaat bagi kaum muslimin yang lain.
            Orang tua sangatlah berperan penting dalam memberikan dukungan pendidikan pada anak, yaitu dengan membaca. Dimana orang tua memberikan buku pada anak untuk dibaca sesuai dengan tingkatan umurnya atau dengan membacakan buku pada anak. Membaca buku setiap hari IQ dapat bertambah. Inilah salah satu keajaiban membaca. Ada lompatan kecerdasan yang luar biasa terjadi. Karena membaca adalah aktivitas kompleks yang meliputi delapan aspek: sensori, persepsi, sekuensial, pengalaman, berpikirm belajar, asosiasi, dan afeksi.
            Kebiasaan membaca yang diterapkan pada anak sedini mungkin akan membuat anak nantinya tidak mudah terkena pikun pada masa tua. Ada sebuah penelitian di Amerika Serikat, ternyata kegemaran membaca buku akan membuat seseorang tidak mudah terkena pikun pada masa tua, karena aktivitas membaca buku akan menumbuhkan dendrit, salah satu komponen saraf terpenting dalam otak yang berfungsi mengait-kaitkan informasi, di mana susunan saraf otak mirip jaringan kabel. Pemahaman akan sesuatu (dari objek yang telah kita baca) akan muncul bila kabel-kabel saraf itu berhubungan jadi harus selalu untuk distimulus dengan membaca.
Inilah yang diterapkan oleh Ari tadi bahwa dia yakin dengan membaca itu dapat memberikan manfaat luasnya pengetahuan, pemahaman, cara pandang, wawasan. Jadi orang tua Ari sangat mendukung dan berusaha memfasilitasi anaknya untuk dapat meningkatkan pengetahuannya, dengan memberikan buku bacaan pada anak. Karena bukulah jendela dunia. Bukulah yang menjadi teman orang-orang besar dalam sejarah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar