“Penguatan Peran Keluarga dalam
Pendidikan Anak”
(Ilustrasi)
Memasuki
era globalisasi banyak fenomena-fenomena yang terjadi saat ini, dan banyak pula
problema yang dihadapi oleh generasi muda masa kini dan terus berkembang pesat yang
ditandai dengan perubahan tata nilai, dan seperti ada yang salah dengan pola
pendidikan. Maka anak harus disiapkan sedini mungkin dari hal-hal yang dapat
merusak mental dan moral anak, yaitu dengan dasar pendidikan agama dalam
keluarga. Sehingga anak diharapkan mampu menyaring dan tangguh dalam menghadapi
tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan di masyarakat.
Pendidikan
anak yang pertama dan paling utama adalah pendidikan dalam keluarga yang
berperspektif islam. Selain itu pendidikan formal juga sangatlah penting bagi
anak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya. Jadi setelah anak mendapatkan
pelajaran di dunia pendidikan formal dalam keluarga juga dilakukan binaan pada
anak. Karena adanya ilmu tanpa agama jadinya tabu, adanya agama tanpa ilmu
jadinya ragu. Dengan ilmu hidup jadi mudah, dengan agama hidup jadi terarah.
Mudah, indah, terarah.
Pola
pendidikan dalam keluarga yang berspektif islam sangatlah menjadi suatu
kewajiban untuk dilakukan bagi para orangtua. Pendidikan ini didasarkan pada
tuntutan agama Islam yang diterapkan dalam keluarga untuk membentuk anak agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia yang mencakup etika, moral, budi pekerti, spritual atau pemahaman dan
pengalaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat
melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini merupakan salah satu
wujud dari amar makruf nahi munkar dalam kehidupan keluarga, yaitu dengan
pendidikan kepada anak berdasarkan ajaran Islam.
Metode
pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh pada perilaku Nabi
Muhammad SAW dalam membina keluarga dan sahabatnya. Karena segala apa yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan manifestasi dari kandungan
al-Qur’an. Adapun pelaksanaannya, Nabi memberikan kesempatan pada para
pengikutnya untuk mengembangkan cara sendiri selama cara tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW.
Orang
tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka karena dari
orang tualah anak mulai menerima pendidikan. Setiap anak terdapat suatu
dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan
sesuatu yang dikerjakan oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang dilihat dan didengarnya selalu
ditirunya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan, kontribusi serta
perhatian yang besar dari orang tua.
Sebagai
orang tua memang wajib untuk mendidik anak karena ini merupakan suatu tanggung
jawab. Sehingga dapat menjadikan anak pribadi yang shaleh. Dimana tertuang
dalam firman Allah SWT surat al-Tahrim ayat 6, yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Keluarga
merupakan pendidikan pertama bagi anak. Karena dalam keluargalah anak mengawali
perkembangannya. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani. Peran
keluarga dalam pendidikan anak yang paling utama adalah penanaman sikap dan
nilai hidup, perkembangan bakat dan minat, serta pembinaan kepribadian. Adapun
yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan agama dalam keluarga ialah
orang tua yaitu ayah dan ibu serta semua orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kakak. Namun yang
paling pokok adalah ayah dan ibu.
Perlu
disadari bahwa anak dilahirkan dengan membawa bakat, potensi, kemampuan serta
sifat yang berbeda. Untuk itu orang tua sebagai pendidik dalam keluarga perlu
memahami perkembangan jiwa anak, agar dapat menentukan metode yang sepatutnya
diterapkan dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua harus bersikap lemah lembut
serta tidak boleh memaksakan metode yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwa
anak.
Anak
adalah individu baru yang tidak dapat diibaratkan tanah liat yang bisa dibentuk
sesuka hati oleh orang tua. Namun harus disesuaikan dengan perkembangan jiwa
dan potensi anak sebagai tanda kasih sayang dan tanggung jawab moral orang tua
yang dilandasi oleh sikap dipercaya dan mempunyai pola relasi hubungan antara
kesadaran kewajiban dengan kepatuhan terhadap orang tua atas kesadaran
tersebut.
Pendidikan
agama dalam keluarga mempunyai dua arah kegunaan yaitu pertama, penanaman nilai
dalam arti pandangan hidup yang kelak mewarnai perkembangan jasmani akalnya,
dan kedua yaitu penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru
dan pengetahuan disekolah.
Pendidikan
pada anak dapat langsung dilakukan ketika anak itu sudah lahir. Upaya yang
dilakukan dalam pandangan Islam yang semestinya dan saya katakan harus
dilakukan orang tua dalam pendidikan anak adalah melakukan azan dan iqamah
dimana dimaksudkan agar anak mendengarkan getaran-getaran kalimat panggilan
agung yang mengandung kebesaran Allah SWT dan kesaksian pertama masuk Islam,
mencukur rambut pada bayi berusia 7
hari, dan melakukan aqiqah sebagai sunnah Rasulullah SAW, kemudian memberi nama
yang baik, selain itu melakukan khitan untuk mengikuti ajaran Nabi dan khitan
membersihkan badan, berguna bagi kesehatan. Memperkuat syahwat. Serta upaya
yang dapat dilakukan orang tua yaitu dengan menyusui bayi dimana baik dalam
perkembangan fisik karena susu ibu lebih baik dari pada susu buatan atau hewan.
Orang
tua dalam memberikan teladan harus sesuai dengan perkembangannya sehingga anak
mudah mencerna apa yang disampaikan oleh bapak ibunya. Sebagai contoh agar anak
membiasakan dengan membaca doa sebelum melakukan sesuatu seperti doa sebelum
makan, maka orang tua harus memberikan ajaran itu tiap hari, yaitu membaca doa
sebelum makan. Yang penting bagi orang tua tampil dihadapan anak sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam, niscaya semua itu akan ditirunya.
Peran
keluarga dalam pendidikan anak, dimana sering memberikan nasihat pada anak.
Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa di mata anak. Pemberi nasihat
dalam keluarga tentunya orang tua sendiri selaku pendidik bagi anak. Anak akan
mendengarkan nasihat yang diberikan tersebut serta juga bisa memberi
keteladanan. Nasihat akan berhasil dalam jiwa anak, tatkala orang tua mampu
memberikan keadaan yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS.
Al-Baqarah; 44 yang artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, kamu membaca
al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?”.
Peran
keluarga dalam pendidikan anak juga dapat diberikan dengan pendidikan perhatian
bagi anak. Serta melakukan pendidikan dengan memberikan hukuman. Hukuman
diberikan apabila metode-metode yang lain sudah tidak dapat merubah tingkah
laku anak, atau dengan kata lain jalan terakhir yang ditempuh. Apabila ada
perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar